Jumat, 05 Oktober 2018

REPORTASE PERTEMUAN KE 3

FILSAFAT PENDIDIKAN


Nama : Irma Ristantina Luthviyani
NPM  : 15120110
Kelas  : 7C PGSD

       Mata kuliah Filsafat Pendidikan yang diampu oleh Bapak Moh Aniq KHB ,S.Pd., M.hum., pada pertemuan ke-3 yang dilaksanakan pada hari selasa, tanggal 2 Oktober 2018 di gedung utama 416 UPGRIS. Pembahasan materi pada pertemuan ke-3 yakni tentang tokoh pendidikan dan pendidikan itu sendiri.
     Banyak tokoh pendidikan di berbagai belahan dunia yakni ada Vygosky, Piaget dll. Namun di Indonesia punya tokoh pendidikan yaitu Ki Hajar Dewantara. Nama asli beliau dahulu adalah Suwardi Suryaningrat namun diganti menjadi Ki Hajar Dewantara karena dari nama tersebut adalah orang yang berpengaruh di dunia nasional. Bukan hanya itu saja, dari konsep pendidikannya juga diterapkan di negara lain. Contoh adalah negara Finlandia. Negara yang tergolong potensi pendidikan terbaik no.1 di dunia dengan menggunakan sistem pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara. Beliau mempunyai skema atau pola dalam mengkonsep suatu pendidikan yaitu :
1. Pendidikan nasional
2. Politik pendidikan
3. Pendidikan anak – anak
4. Pendidikan kesenian
5. Pendidikan keluarga
6. Ilmu jiwa
7. Ilmu adab
8. Bahasa
       Dari skema atau berpola dalam mengkonsep suatu pendidikan mempunyai pengaruh besar dalam bangsa. Pendidikan nasional adalah harus senantiasa mengerti dan berawal dari rasa kemerdekaan. Kemerdekaan tidak sama dengan bebas. Sebab kemerdekaan menurut Ki Hajar Dewantara adalah mengerti batasan-batasan dan memahami keterbasan. Anda bergerak namun ada batasan atau ruang. Jika keluar maka akan bahaya. Freedom melahirkan independent. Kemerdekaan menurut Ki Hajar Dewantara ada 3 macam yaitu :
1. Berdiri sendiri
2. Tidak tergantung pada orang lain
3. Dapat mengatur diri sendiri.
      Dari hal tersebut harapannya, semua masyarakat mampu memahami diri yang berasal dari jiwa, berintropeksi, tergerak dan tergugah niatan untuk mewujudkan pendidikan di Indonesia lebih terarah dan mampu menerapkan sistem among pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara. Bangsa yang lupa adalah melupakan/dilupakan, dilalaikan/melalaikan.
Keyword dalam hal ini adalah pengajaran dan kebangsaan.pengajaran yang selaras dengan kehidupan bangsa dan penghidupan. “Kalau menerima subsidi, ordinasi setidak – tidaknya kita berhutang dengan pemberi subsidi dan itu bera dan membahayakan” menurut Ki Hajar Dewantara.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar